Posted in Uncategorized

Mansetus Balawala, Salah Satu Mutiara dari Timur Indonesia

Pak Mans, foto dari Facebook.

“Bukan sekadar kenal, tapi Pak Mans orang baik banget bagi seluruh umat dari berbagai kasta. Orang rendah hati. Salam ya say, untukmu dan untuk Om Mans.”

Pesan tersebut, dikirim oleh Mama Loreta dari Adonara pada pukul 21.16 malam hari. Saat itu, saya berada di Lombok. Sebelumnya, saya mengirimkan foto kepada Mama Loreta. Foto saya dan Pak Mans.

Tiga hari di Lombok, saya tak pernah berbincang langsung dengan Pak Mans. Saya hanya melihat beliau berbicara dalam forum kegiatan. Tapi, malam itu di sebuah acara lain ketika kami duduk berdekatan, saya menyapa Pak Mans. Tentunya, saya menanyakan beberapa nama-nama perempuan dari Timur Indonesia yang sebelum ini saya kenali karena prestasinya. Tak dinyana, pertanyaan saya disambut gembira oleh Pak Mans. Karena dua perempuan yang saya tanyakan, keduanya dikenali oleh Pak Mans.

Di kantor YKS Lembata. Foto nebeng di banner enumerator 🙂

Pak Mans, adalah salah seorang direktur di Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS). Saya mengenal beliau dari tempat kerja. Dan baru pertama kali bertemu ketika di Lombok saat kantor kami mengadakan acara. Ya, Pak Man adalah Mitra dari tempat saya bekerja. Sebagai pekerja baru, saya belum banyak mengenal seluruh Mitra dan Cabang yang tergabung di tempat kerja saya. Itu kenapa ketika berada di Lombok pun, saya tak banyak ngobrol.

“Owh, itu Bidan Joria. Saya kenal.” ujar Pak Man, ketika saya sodorkan akun Facebook Bu Bidan Joria. Bidan Joria, adalah perawat yang saya kenali di salah satu ajang penghargaan. Dia, peraih penghargaan Perempuan Inspiratif Nova (PIN) 2013 kategori Perempuan dan Kesehatan.

“Pak Mans sahabat terbaik aku, sepak terjangnya aku tau.” Cerita Bu Bidan Joria melalui chat Whatsapp ketika saya cerita kepada beliau bertemu dengan Pak Mans.

“Apakah tempat Pak Man dekat dengan Bu Bidan?” cecar saya lagi penasaran. Sungguh, malam itu saya tak bisa menggambarkan kontur daerah di Larantuka. Bagaimana jarak satu dengan yang lain.

“Dekat saja. Kami satu pulau.”

Begitulah awal perbincangan kami malam itu. Setelahnya, saya tak tahu banyak mengenai Pak Man. Hingga di akhir bulan penghujung Oktober, saya ada kesempatan untuk datang ke Lembata. Bertemu dengan Pak Man, juga teman-temannya dari YKS Larantuka.

Di tengah kesibukan pekerjaan dan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan ketika kami berada di Lembata, saya menemukan sisi lain dari Pak Mans. Ya, Mansetus Balawala. Atau nama lengkapnya Mansetus Kalimantan Balawala. Dia berasal dari Desa Tegawiti, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ia dilahirkan pada 5 januari 1976. Ia merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana, Kupang. Tetapi, nasib membawanya menjadi seorang wartawan. Ia pernah menjadi jurnalis di Harian Umum, Novas Timor Timur. Kemudian, setelah Timor Leste pecah, ia merantau ke Kupang dan bergabung di Harian Surya Timur dan tabloid Timor File di Kupang.

Dunia wartawan, mengantarkan Pak Mans pada dunia kesehatan. Bermula dari keikutsertaannya meliput forum diskusi kesehatan di Flores Timur, membuat Pak Mans menyadari jika di daerahnya sendiri pun masih sangat minim akses dan fasilitas kesehatan. Sejak saat itu, Pak Mans memilih pulang. Bukan ke kampung halaman di Lembata, tapi memilih Larantuka sebagai labuhannya.

Larantuka, Flores Timur ditempuh empat jam menggunakan perahu. Ditambah satu jam perjalanan dari Ile Ape menuju pelabuhan di Lembata. Menuju Larantuka waktu itu, bukanlah hal yang mudah. Apalagi, jika sedang musim penghujan. Pada bulan Januari-Februari, Pak Mans enggan melakukan perjalanan dari Lembata ke Larantuka, atau sebaliknya disebabkan ombaknya sangat besar. Tapi, demi mengikuti panggilan jiwa Pak Mans tetap menuju Larantuka.

Ambulans Motor. Itu adalah salah satu projek yang digaags oleh Pak Mans. Mengajak anak-anak muda untuk terlibat bersama, demi mencapai akses kesehatan yang lebih mudah dan terjangkau. Pada masa kecilnya, di kampung Pak Mans ada banyak kematian anak-anak disebabkan diare. Nampak spele, tapi minimnya akses membuat anak-anak ekcil itu terlambat mendapatkan pertolongan kesehatan. Saat itu, puskesmas hanya ada di kecamatan dan jaraknya sangat jauh, sekitar sepuluh kilometer. Itu pun, akses jalan masih sangat buruk.

“Dulu, orang berobat hanya bisa di hari pasaran, Senin. Karena di hari pasaran itulah baru ada akses kendaraan umum. Jadi, kalau ada orang sakit hari Selasa, Rabu, atau Kamis, yah tetap bisa berobat di hari Senin depannya. Bayangkan, selama itu ia menunggu untuk berobat.” Suara Pak Mans terdengar di sela debur ombak di belakang pantai hotel An Nissa. Pak Mans menceritakan kenapa wujud Ambulans Motor.

Di sinilah Pak Mans banyak bbercerita mengenai Ambulans Motor-nya.

“Jalanan waktu itu gimana, Pak?”

“Sangat buruk. Jalanan cenderung lurus, tapi, lubang bertaburan merata.”

Berangkat dari hal tersebut, Ambulans Motor wujud untuk memudahkan transportasi orang-orang sakit mengakses layanan kesehatan.

Pak Mans, dengan YKS-nya mampu menjadi perantara para penduduk untuk mengakses kesehatan. Sekarang, sudah ada 15 unit ambulans dengan 13 sepeda motor, juga dua ambulans motor. Tak hanya itu, seingat saya Pak Mans dengan YKS-nya pun memiliki Kapal Ambulans. Jika Pak Mans seorang alumni Fakultas Hukum bergelut dengan dunia kesehatan, maka Bidan Joria adalah salah satu orang yang dikenal oleh Pak Mans untuk kembali menyalurkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang diperoleh oleh YKS. Baik bantuan dari luar negeri, mau pun dari pemerintah pusat.

“Mbak Anaz, kamu kerja sama Pak Mans. Beliau itu, orangnya tak diragukan lagi ketulusan dan kebaikannya. Pokoknya, jangan takut kalau bekerja sama beliau.” Kalimat itu dilontarkan Bu Bidan Joria ketika saya bertemu di hotel Asa.

Bersama Bu Bidan Joria, yang juga kawannya Pak Mans ^_^

Begitulah Pak Mans. Selama ini, hanya melihatnya menulis di grup Whatsapp. Tak pernah sekali pun saya bertegur sapa. Tapi, ketika datang ke Lembata ada begitu banyak cerita yang saya dapat di sana. Cerita dari timur, selalu menarik untuk saya. Jika selama ini Pak Mans banyak dikenali melalui Mabulan Motornya, maka banyak yang tidak tahu bahwa selain aktif di dunia kesehatan, Pak Mans juga sangat peduli pada dunia buruh migran. Pada tahun 2016, YKS telah menginisiasi pembuatan Perdes (Peraturan Desa) kepada enam Desa di Ile Ape dan Ile Ape Timur. Pada bulan Agustus 2023, sudah ada 12 Desa di Kabupaten Lembata, NTT yang yang sudah memiliki Perdes terkait perlindungan tenaga kerja.

Pak Mans, dengan segala aktivitasnya itu tetaplah membumi dan rendah hati ketika diajak berbicara. Bagi saya, mengenal dan berbincang dengan Pak Mans seperti menemukan salah satu mutiara dari Timur Indonesia.

2 thoughts on “Mansetus Balawala, Salah Satu Mutiara dari Timur Indonesia

  1. yuhuu mba anaz nulis lagee 😀

    btw, salfok sama spanduk di belakangnya, ko kebalik?
    emang pake kamera depan? monmaap komen g penting tapi ganjel wkwk

Leave a comment