Posted in Uncategorized

Orchid, oh orchid….

Pertama kali dengar nama bunga Orchid, aku penasaran kayak apa sih bentuknya..???. Perbedaan bahasa Indonesia dengan Melayu memang banyak. Ada juga sebuah iklan di radio, yang memngiklankan anaknya suka bunga, dan sudah import bunga orchid berton-ton. Tambah penasaran aja aku di buatnya.

Beberapa waktu lalu, aku berkunjung ke pameran bunga di Putrajaya. Hampir dari seluruh negara mengikutinya. Gemes juga ngelihat bunga-bunga yang di pajang. Subhanallah… cantik-cantik banget. Indonesia menampilkan nuansa Bali.

Setelah lama keliling, kita pun keluar dari gedung. Sampai saja di sebuah gerai, di situ banyak sekali bunga anggrek. Ada tulisan bunga orchid, aku pun langsung berujar “ooo… ternyata orchid tuh anggrek”.

Posted in Uncategorized

KERINDUAN

KERINDUAN

Manusia…
Yang rindukan kasih Tuhannya
Terdiam tak bermaya
Tersungkur tak berdaya

Seseorang…
Yang rindukan penciptanya
Mencari dan mencari
Akankah sampai perjalanan ini ke destinasi…????

Posted in Uncategorized

Saat-saat Aku…

Saat harus berfikir…
Apa yang harus ku fikir
Saat harus berjalan
Kemana harus ku tuju…

Saat aku belajar
Apa yang aku pelajari…???
Saat aku membaca
Apa yang aku baca…???

Melihat,
Apa yang harus kulihat…???
Merenung,
Apa yang harus ku renung…???

Kepada siapa…???
Menuju kemana…???
Akankah sampai…???
Perjalanan ini…???

Posted in Uncategorized

Sekelumit Kisah

Teringat akan puisinya Taufik Ismail, ”Malu Aku Jadi Orang Indonesia”, Inilah yang aku rasakan sekarang. Adakalanya aku tidak nyaman saat berada di luar negeri berada di negara orang, apalagi hanya sebagai seorang pembantu rumah tangga. Tak jarang yang salah tafsir dengan profesi seorang TKW ( Tenaga Kerja Wanita ) khususnya pada seorang pembantu. Mereka hanya melihat, tanpa memerhati lebih jauh, Entah apa yang ada dalam benak mereka.
Sudah masuk dua tahun aku berada di negara orang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, atau lebih kerennya sebagai ” Pahlawan Devisa ”. Tak banyak yang aku temui di sini, selain aku jarang keluar, aku pun tidak banyak teman sesama pembantu rumah tangga. Aku banyak mendengar cerita dari temen ku yang banyak bergaul dengan mereka. Jadi, aku ngerasa gak enak juga kalau aku cerita banyak tapi, sebenernya aku nggak tahu banyak. Padahal aku hanya dengar dari mulut teman aku. Tapi gak apa-apa khan dari pada aku gak cerita sama sekali. Lagian, aku dengar cerita ini akurat, bener-bener dari teman aku maybe, boleh di percaya kesahihannya ( yaelah… keren banget bahasanya ).
Dulu, waktu aku di indonesia banyak banget aku dengar penganiayaan dan penderitaan para TKW. Sampai-sampai, waktu aku mau pergi ke Malaysia, temen aku semuanya melarang. Mereka bilang, takut aku di aniaya juga. Ibuku pun menentang aku habis-habis-an, aku tetap ngeyel!. Entah ada kekuatan dari mana aku akhirnya nekad juga. Setelah berhari2 memikirkan baik dan buruknya akhirnya aku ambil kesimpulan untuk pergi ke Malaysia.
Prosesnya lumayan lama, memakan waktu kurang lebih satu bulan. Itu boleh di katakan nasib baik karena, setelah aku tahu ternyata ada yang sampai 4-5 bulan bahkan bisa lebih lama untuk menunggu majikan. Sungguh ironis!. Selama di Jakarta, aku tinggal di rumah orang untuk bekerja. Dan Alhamdulilah segala puji bagi Allah, karena aku bertemu dengan orang-orang yang baik. Tapi, sayangnya aku mengingkari janji, aku belum kasih khabar lagi dengan bu Ida, maafkan aku … Insya ALLAH, nanti aku kasih khabar.
Selama pembuatan pasport, barulah aku tahu ternyata dokumen-dokumen banyak yang di palsukan. Dalam hati aku berontak, tapi apalah daya. Ada yang lebih menyakitkan hati aku sampai saat ini, dan sungguh kadang aku terkilan…! Saat pembuatan pasport, aku terpaksa buka kerudung. Petugas imigrasi melarang aku memakai kerudung, aku masih ingat tampang mukanya…!. Sungguh menyakitkan… ( Adakah Allah mengampuni dosaku…??? ). Sudah kepalang tanggung, dengan berat hati akhirnya aku akur juga. Terbetik dalam hati aku, inilah mula awal yang tidak baik. Pantes aja banyak ketidak berkahan, awalnya juga sudah banyak penipuan. Dari KTP, Akte kelahiran semua di buat di Jakarta entah bagaimana caranya…??? aku pun malas mau berpikir lagi. Semoga saja dengan niat yang tulus, aku ingin membantu keluarga tidak membawa apa-apa masalah di kemudian hari, juga rizki yang aku perolehi halal dan berkah di mata ALLAH amiin.
Akhirnya, sampailah aku di Malaysia. Hari jum’at 4 Januari 2006, inilah pertama kali aku menaiki pesawat. Keren juga, bisa naik pesawat terbang walaupun hanya sebagai pembantu rumah tangga, mungkin lain dengan teman-teman ku. Saat mereka menaiki pesawat, mungkin mereka akan pergi belajar di luar Negeri atau mengikuti suaminya bertugas. Memikirkan itu semua, kadang hatiku sayu. Tapi, itu tak menjadi beban untuk ku. Niat aku adalah mencari rizki untuk membantu ibuku itu saja.
Aku berangkat pagi-pagi dari Tebet karena, aku harus sampai di Bandara sebelum pukul sembilan pagi. Ada sedikit lagi cerita yang cukup menyayat hati, sebelum chek-in, orang agent yang membawa ku tanya, aku ada uang atau tidak. ” Untuk apa uang itu…? ” tanyaku, ” aku Cuma ada uang Rp.20.000 ” jawabku. ” Ini untuk memudah kan kamu ” jawabnya… Heran, kenapa juga…??? dalam hati aku banyak sekali pertanyaan, tapi aku tidak mahu meluahkannya. Akhirnya ku serahkan juga uang yang tinggal Rp.20.000. Kemudian orang agent itu, memasukan uang tersebut ke dalam pasport aku, dan menghulurkannya kepada petugas imigrasi. Dan ada beberapa dialog yang aku ingat…
” mau kemana nih…? ” petugas imigrasi itu bertanya.
” Malaysia pak ”. Jawab pak agent
” Gak bohong…?? ” lagi dia bertanya, sambil membelek-belek pasport aku. Aku heran, kenapa dia tidak mengembalikan uang ku…??? padahal itu saja uang yang aku punya. ” Ach, toh aku dah mo ke Malaysia nanti pun aku dah ketemu majikan aku ”. Aku menghibur diri.
” Enggak pak, saya gak bohong . Mana pernah saya bawa selain ke Malaysia ”. Jawab pak agent. Dari jawabannya seolah-olah tak pasti, sepertinya dia tidak yakin dengan kata-katanya sendiri. Sesekali aku lihat dia menekur lantai, entah apa yang di pikirkannya…???. Tak lama setelah itu, petugas imigrasi menghulurkan pasport aku ke pak agent, tanpa uang aku yang Rp.20.000!.
Kita berlalu dari petugas imigrasi, dan pak agent itu berkata…” Eli, bapak antar sampai sini aja yah… hati-hati aja, moga sukses…” Kurang lebih seperti itulah kata-kata pak agent, dia pun menerangkan, beberapa hal yang aku tidak tahu. Aku pun menganggukan kepala faham dengan maksudnya. Akhirnya… berlalulah aku dari pintu itu…
Selama menuju pesawat, aku terfikir kalo aku ada uang lebih dari Rp.20.000, mungkin orang tadi pun akan minta uang aku juga… ( dan ternyata benar, temen aku mengalaminya. Aku berangkat dari kampung berdua dengan teman tapi, karena majikan dia belum menyelesaikan visa, aku berangkat dulu. Dia sebulan kemudian baru menyusul ke Malaysia. Kalo aku hanya kena Rp.20.000, temen aku lebih kasihan Rp.300.000!!!. Astaghfirullahhaladzim… aku gak tahu apa uang itu untuk petugas imigrasi ato untuk pak agent yang mengantarkan kami…)
Ternyata bukan aku saja yang mau jadi TKW ke Malaysia. Aku banyak ketemu temen-temen, ada yang amsih muda, sebaya dengan aku pun ada bahkan beberapa ibu-ibu pun ada. Aku pun ngobrol – ngobrol sebentar. Kasihan, ada yang belum makan bahkan tak minum sama sekali ( ”aku pun sama, belum makan ” dalam hatiku. Tadi hanya sempat meminum teh buatan istri pak agent. Tapi, tadi aku ada beli satu kotak donat mungkin boleh mengganjal perut aku, aku pun menawarkan ke beberapa teman baruku ). Tidak semuanya menerima, ada yang malu – malu aku pun sedikit memaksa. Ada seorang lagi yang dari Sunda, dia bilang dari tadi malam gak minum air… tapi sayang aku tak ada air.
Setelah melewati beberapa prosedur, akhirnya naiklah aku ke pesawat. Deg – degan juga first time naik pesawat. Beberapa dzikir ku lantunkan dalam hati, terbayang beberapa kecelakaan pesawat terbang aku pun pasrah. Aku melihat ke bawah, semakin lama kota Jakarta semakin mengecil dan hilang sama sekali dari pandangan… Hanya kepulan awan yang boleh ku saksikan. Tidak sangka juga bisa melihat awan lebih dekat. Dulu, sewaktu aku kecil aku sering berangan bisa melompat – lompat di atas awan ( mustahil!!! Imaginasi anak – anak… ).
Akhirnya… Mendarat lah aku di KLIA ( Kuala Lumpur International Airport ). ” Cantik, lebih cantik dari Jakarta ”. aku menggumam dalam hati. Karena tidak tahu prosedur setelah sampai, kita bingung… Dan tahulah kita, bahwa untuk para pendatang yang ingin bekerja kita di sediakan tempat di hujung, entah Barat, Timur, Selatan atau Utara aku pun tidak tahu pasti. Menunggu majikan atau agent yang ada di Malaysia akan mengambil kita.
Ramai orang, bukan hanya orang Indonesia. Ada orang Pakistan, Filipina dan entah manalagi…??? Tiada tempat duduk, kita di biar begitu saja. Duduk di lantai, Terhampar. Pagi itu, belum ramai orang tapi mendekati ke siang ruangan itu semakin penuh. Sampai di KLIA kurang lebih pukul 12 siang, perjalanan dari Jakarta ke Kuala Lumpur -+ 2 jam tapi, di karenakan Malaysia lebih maju satu jam jadi jam 12lah aku sampai.
Seminit, dua minit masa pun berlalu dengan pantas. Tiada tanda – tanda kalau majikan aku akan datang. Aku mulai risau, perut pun dah mulai lapar. Pengen beli makanan tidak ada uang, hanya ada beberapa ribu rupiah saja dalam dompet aku. Penjual nasi pun ada, kalo tidak salah mereka menjual nasi dengan harga Rp.12.500, kalo kita beli pake uang Ringgit seharga RM.5. Beberapa teman aku pun tiada uang. Terpaksa kami menahan lapar. Aku bolak – balik ke tempat majikan mengambil pembantu tapi, Majikan aku belum muncul juga. Aku pun duduk di sana. Untuk mengisi perut, ku buka kotak donat yang tadi aku beli di Indonesia dan memakannya. Air pun ada dua gelas plastik, tadi aku ambil jatah minum dari pesawat. Dah habis dua donat, majikan aku tidak sampai lagi… cape, kalo boleh pengen rebah aja ni badan.
Tak lama setelah itu, ada seseorang muncul. Rupa – rupanya calon majikan aku dah datang… Gembira bukan main aku, ku mendekati beliau dan langsung ku cium tangannya… ” Lahh… dah 5 jam ibu dah ada di sini ” logat Malaysianya kental. Aku pun hanya bisa nyengir aja, gak tahu mo ngomong apa…???. ” Eli pun dah lama di sini ibu, cape ” aku menggumam dalam hati. Tapi, sungguh sayang… ternyata majikan aku yang perempuan gak bisa ngambil aku, karena permit aku di bawah nama suaminya. Jadi, otomatis aku harus menunggu beliau. Majikan aku yang perempuan pun ternyata dah menunggu aku dari pagi.
” Eli, Eli tunggu sini. Petang nanti kita ambil Eli dengan Abah sekali. Abah belum balik pejabat dan Ibupun tak boleh ambil Eli. Ibu tak boleh tunggu Eli, ibu ada kerja mo pegi radio ” ujar majikan aku. Dia pun menghulurkan uang RM.10. Aku Cuma bisa mengangguk pasrah, menerima uang pemberian ibu.
” Baik – baik ye… Jangan pegi mana – mana ” . Pesannya. Sekali lagi, aku menganggukan kepala. Dan majikan aku pun beredar dari situ. Hhh… betapa susahnya… aku mengeluh dalam hati.
Aku pun kembali ke tempat teman – teman aku. ” hei Eli, pergi kemana tadi?. Tadi, ada yang cari kamu ”. Mereka menegur ku sebaik saja aku muncul. ” iya, aku dah ketemu ” jawabku.
” ko kamu gak ikut dia…? ”.
” Majikan aku mo pergi radio, mo pergi ceramah ”. Jawabku sambil duduk di dekat mereka.
” ooo… Kayaknya, mom nya baik ”. Ujar salah seorang temanku, dia pernah bekerja di sini sebelumnya.
” Insya Allah semoga saja… ”. Aku pun bercerita sedikit tentang majikan aku. Aku pun cerita, kalo sebelum ini, aku pernah ketemu ama majikan aku yang lelaki di Jakarta ( Majkan aku ada kerja di Jakarta ).
Ternyata, teman – teman pun belum pada makan. Ku buka bungkusan donat lagi, dan menwarkan kepada mereka. Masih ada beberapa biji. Ada yang makan satu bagi dua, teman yang dari Sunda itu kasihan. Masih belum minum. Tadi, minuman yang ada di pesawat tak dia ambil. Aku keluarkan minuman aku yang masih satu gelas, dan mereka minum di bagi – bagi ( sungguh, aku kadang terharu kalau ingat ini ). Aku pun bercerita, kalo tadi majikan aku kasih duit ke aku RM.10. Mereka pun cadangkan uang tu untuk beli nasi. Penjual nasi yang tadi menjajakan nasi, seingatku dah gak ada di situ lagi. Aku pun pergi jalan dengan bu Darminah, Bu Darminah bercerita kalo dia pergi ke Malaysia, untuk bekerja membiayai anaknya yang baru masuk STM. Sungguh hebat perjuangan sang Ibu, terbayang wajah ibuku saat aku mahu berangkat ke Jakarta, sepertinya Ibuku menangis tapi, dia tidak menampakkannya di depanku.
Kita berjalan kesana kemari mencari penjual nasi, enggak ketemu. Bertanya ke beberapa orang, tapi mereka pun gak tahu ke mana arah ke luar. Mau beli makanan dekat – dekat situ kita gak jadi. Karena kita sangka pasti makanan di situ mahal – mahal.
Akhirnya, kita pergi ke Toilet. Karena dah cape, dan pengen buang air kecil. Di depan toilet, kita ngobrol – ngobrol dengan cleaning service. Banyak hal yang kita bicarakan, dan akhirnya kita bercerita kalo kita sedang mencari makanan. Segala puji bagi Allah, puan ( ibu ) itu mau menolong kita. Sebelum beranjak, ku serahkan uang yang RM.10, ke puan Rubiah. Ya, aku masih mengingat nama puan itu ( semoga Allah membalas kebaikan puan Rubiah…).
Kita pun kembali ke teman – teman yang sedang menunggu. Mereka bingung, karena kita tak membawa makanannya. Kita pun bilang, kalo nanti ada yang hendak membelikannya. Dan ada beberapa teman – yang ingin buang air kecil, kita menghantarnya.
Selama duduk di situ, banyak sekali yang aku temu. Selain orang Sunda, ada juga orang jawa dan orang NTB. Ada yang sudah pernah ke sini, ada juga yang baru pertama kali kerja di Malaysia sama seperti aku. Ada orang NTB, aku dekat dengan dia. Badan dia kecil aja, gak jauh beda ama aku. Aku kira umurnya lebih muda dari aku, setelah ngobrol – ngobrol ternyata dia dah ada anak dua. Terenyuh hatiku mendengarnya, apa perasaanya saat meninggalkan anak – anak mereka…???. Dia bercerita, kalo Lelaki di kampung dia yang pergi ke Malaysia tidak akan menjadi. Mereka lebih senang berfoya – foya dan pulang tanpa membawa apa – apa ( mungkin tidak semua… ). Dia juga cerita, kalo dia dah 4 bulan berada di Jakarta, agent menyuruh dia bekerja dengan orang. Dia bekerja di beberapa rumah, malangnya orang yang dia kerja tu tak bagi duit. Ada juga yang kasih duit, hanya Rp. 20.000 padahal dia dah kerja slama 2 minggu…
Dia juga bilang ama aku, kalo pernah ketemu aku waktu pembuatan passport. Aku pun tersenyum dan meminta maaf karena aku tidak dapat mengingatnya… ( badannya kecil, kurus, rambut dia keriting di potong pendek, biji matanya bening nampak lebih besar dari mata orang jawa ).
Lama kita ngobrol, tapi puan Rubiah belum datang juga membawa makanan. Waktu pun dah beranjak sore, beberapa dari kita dah mulai su’udzon… Tapi, alhamdulilah menjelang maghrib, puan Rubiah datang memanggil aku. Aku pun mengikutinya.
Sebaik saja sampai di dekat toilet, aku di ajaknya masuk ke dalam tempat istirahat dia, ada seorang makcik – makcik india tengah tidur. Dia terkejut mendengar kedatangan kami. Puan Rubiah pun memberikan bungkusan, ada dua kotak nasi. Dia pun memberi kita minum, satu botol besar. Aku dan teman aku mengucapkan banyak – banyak terimakasih, dia pun sepertinya mahfum dengan keadaan kami.
Tanpa berlengah, aku segera menuju ke tempat temen – teman aku yang sedang menunggu. Mereka semua tersenyum, iyalah, mana tidaknya kita tak makan dari pagi bahkan ada yang dari kemarin malam. Temen yang dari sunda kasihan, karena dia tidak sempat ikut makan. Majikan dia dah mau ambil dia. Kita pun makanlah, kalo tidak salah satu kotak tuh, kita makan 3- 5 orang. Alhamdulilah,aku mengucap syukur walopun nasi itu sedikit dan banyak yang makan aku dapat kenyang juga. Puan Rubiah bilang itu nasi lemak, aku rasa – rasa emang lain, nasi itu seperti bersantan, lauknya seekor ikan dan sedikit acar. Selesai makan, kita mengemas bekas makanan dan membuangnya. Mereka mengucapkan terimakasih kepadaku, dan mendoakan aku supaya aku mendapat majikan yang baik. ( dan Alhamdulilah terwujud amiiin )
Melihat ke sekeliling, banyak juga orang Indonesia orang lelaki pun tak kalah banyaknya. Di dekat aku, duduk seorang lelaki yang kira–kira berumur -+ 50. Bapak itu, kelihatanya sangat lelah, mata dia merah mungkin karena tidak biasa di ruangan ber AC. Terkedu aku melihatnya, teman aku yang dari NTB menghulurkan sebiji permen, tanpa segan bapak itu menerimanya membuka bungkusan kemudian memasukannya ke dalam mulut. Mungkin dia juga belum makan… Aku sekedar meneka. Dia bercerita, kalo akan di pekerjakan di ladang kelapa sawit, semoga saja di betah. ( Amat menyedihkan, andai saja aku punya uang…???, andai saja tadi duit aku yang Rp.20.000 pak agent tu tak minta… Beberapa andaian muncul di benakku ).
Senja sudah pun merangkak ke malam, tapi majikan aku belum datang juga. Teman aku pun belum di ambil oleh agent yang ada di malaysia. Mereka pun bertanya kemana majikan aku…??? ah, entah lah… aku pun tidak tahu. Satu persatu teman – teman aku mulai pergi, bukan main girang saat mereka di panggil oleh majikan atau agent yang mengambilnya.
Penantian begitu lama, akhirnya majikan aku muncul juga. Majikan aku membawa sebungkus pelastik, kemudian menghulurkannya ke arahku. Satu bungkus nasi dan satu botol air. Perut aku kenyang lagi, dalam hati aku membatin.
” Ibu, boleh ga nasi ini Eli kasih ke teman? ”. Aku memberanikan diri bertanya.
” Awak tak lapar ke…?? ”
” Eli kenyang lagi bu… ” Jawabku.
” Bagilah kat mereka ”. Majikan aku mengijinkan
Aku kembali ke tempat teman – teman aku. Mereka bingung, kenapa aku balik lagi. Aku pun menyodorkan plastik dari majikan aku. Mereka terkejut, sambil teragak – agak mereka menerima juga bungkusan plastik itu dan lagi, sebuah do’a terucap dari bibir mereka ”semoga mendapat majikan yang baik ”. Terimakasih jawabku.
Ku temui lagi majikan ku. Prosedurnya dah selesai, akhirnya Aku boleh juga keluar dari KLIA. Tidak pasti lagi jam berapa…??? mungkin jam 10 malam. Sampai di tempat menunggu mobil kelebat majikan aku yang lelaki tak nampak. Ibu pun menyuruh aku mencarinya.
” Eli ingat lagi khan dengan bapak…??
” mmm…ingat sedikit bu ”. Aku mengingat – ingat rupa bapak
Tak lama aku cari, bapak muncul entah dari mana. Kita pun segera beredar dari situ. Di depan, sebuah mobil mersedez telah pun menunggu. Sopir majikan aku memasukan trolly bagku ke dalam bagasi mobil, aku pun masuk ke dalam mobil duduk di sebelah majikan aku yang perempuan. Aku pun cerita sedikit tentang uang yang tadi ibu kasih. Tak lama setelah itu, aku pun tertidur. Sangat melelahkan…

Posted in Uncategorized

Meletakan Diri

Sebelum tidur, kadangkala aku berfikir. Aku meletakan diri aku di tempat orang lain. Aku meletakan diri sebagai seorang sahabat untuk diriku sendiri, ternyata aku bukan sahabat yang baik. Aku meletakan diri aku sebagai seorang anak, aku bukanlah anak yang baik. Aku meletakan diri aku sebagai majikan dan aku adalah pembantunya, ternyata, aku bukanlah pembantu yang baik. Dan aku, meletakan diri aku sebagai seorang hamba Allah, banyak sekali kekurangan, pada diriku. Banyak sekali kekhilafan padaku, aku banyak meminta tapi aku tidak manjalankan kewajibanku sebagai seorang hamba.